OPINI

Detail Opini Guru

SMANSATAPTA BANGKIT : " SEKELUMIT CERITA DI HARI GURU "

Jumat, 10 Januari 2025 15:30 WIB
53 |   -

Jika gurunya rusak, maka rusaklah pendidikan dan bangsa, maka muliakan guru kita!

Seorang guru honorer bernama Hafid, mengunggah video tentang besaran gajinya selama sebulan. Dalam unggahan di TikTok, ia menceritakan rincian gaji satu bulan yang hanya Rp 118 ribu.

Seorang guru Madrasah Aliyah (MA) di Demak, Jawa Tengah, dibacok siswanya di dalam kelas. Sebelumnya, Zaharman (58) seorang guru SMA di Bengkulu, mengalami kebutaan setelah matanya dikatapel orangtua siswa yang tidak terima anaknya

ditegur karena merokok.

Kekerasan, pelecehan, dan buruknya penghormatan finansial seolah menjadi berita memilukan nasib guru di negeri Zamrud Khatulistiwa.

Begini Seharusnya Memuliakan Guru

Raghib As-Sirjani dalam kitab “Mādza Qaddama al-Muslimūna li al-‘Ālām” pernah mengungkap beberapa contoh penghormatan pemerintah Islam kepada guru. Dikisahkan Abdullah bin Mubarak menuturkan bagaimana era Kekhalifahan Harun Ar-Rasyid begitu besar memuliakan para pendidik dan guru. Salah satu bentuk penghormatan adalah perhatian pemerintah yang mencukupi semua kebutuhannya, termasuk anak-anak guru.

Di masa Daulah Abbasiyah, tunjangan guru begitu tinggi. Sebagaimana Az-Zujaj (gurunya para ulama masa itu) mendapat gaji 200 dinar. Sementara Ibnu

Duraid digaji 50 dinar perbulan oleh al-Muqtadir.

Pada masa Panglima Shalahuddin Al-Ayyubi, gurunya, Syeikh Najmuddin Al-Khabusyani yang

mengajar di Madrasah al-Shalāhiyyah digaji 40 dinar emas dan 10 dinar emas (1 dinar Antam hari ini setara dengan Rp. 3,725,0002 jadi setara Rp 149,000,000), plus roti setiap harinya dan air minum dari Sungai Nil.

Dalam kisah lain, suatu ketika, Sulaiman bin Abdul Malik (Khalifah Bani Umayyah dari 715 sampai 717) bersama pengawal dan anak-anaknya mendatangi langsung Imam Atha’ bin Abi Rabah untuk bertanya sesuatu yang belum diketahui jawabannya. (Aidh Al-Qarny, dalam Rūh wa Rayhān, 296).

Ini menunjukkan penghormatan penguasa kepada ulama guru dan orang yang berilmu.

Rusak Gurunya, Rusa Bangsanya

Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) Dr Adian Husaini mengatakan jatuh bangun dan masa depan umat dan bangsa Indonesia ditentukan kualitas pendidikan. Sebaliknya, rusaknya suatu bangsa karena pendidikan (termasuk) guru-gurunya.

Menurutnya, jiwa guru harus didahulukan sebelum membenahi gedung-gedungnya. “Jiwa guru meliputi pola pikir dan amaliahnya. Apakah pola pikirnya dan amaliahnya Islami? Apakah ilmu yang diajarkan itu benar?,” tambahnya. Ia kemudian mengutip kata mu

tiara (mahfudzat) yang populer di dunia pesantren; At-thariqatu ahammu minal maaddah, Wal mu

darrisu ahammu minat-thariqah, Wa ruhul mudarris ahammu minal mudarris (Metode itu lebih penting dari materi, guru lebih penting dari metode, namun jiwa guru lebih penting dari guru itu sendiri).

Selain penghormatan dalam bentuk finansial, dalam Islam, menjadi guru dan menjadi dai tidak dapat dipisahkan. Ia mengatakan, seorang guru seharusnya juga seorang dai. Sebab dalam Islam definisi guru sebagai mu’allim dan mu’addib, bukan hanya sebagai pengajar, tetapi merasa bertanggung jawab terhadap perbaikan akhlak dan adab murid.

“Fungsi guru itu sebagai pendidik (muaddib) bukan ‘tukang ngajar’ bayaran,” ujar penulis buku “Pendidikan Islam, Mewujudkan Generasi Gemilang Menuju Negara Adidaya 2045” ini. Saat ini, kata dia, Indonesia membutuhkan guru-guru pejuang yang shaleh, cerdas, berakhlak mulia dan kreatif. Guru pejuang layak dimuliakan, dan tidak diposisikan tukang ngajar layaknya buruh pabrik.*

 

SELAMAT HARI GURU INDONESIA 2023

“Baktimu mengharumkan Negeri, Jasamu mulia di Hati(ekoborneo)

 

Sumber : Majalah Mulia edisi November 2023


Komentar

×
Berhasil membuat Komentar
×
Komentar anda masih dalam tahap moderator
1000
Karakter tersisa
Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar di sini