BERITA

Detail Berita

SMANSATAPTA BANGKIT : " SOSIALISASI EDUKASI STUNTING DAN PERNIKAHAN DINI DI KALANGAN REMAJA"

Senin, 25 November 2024 10:09 WIB
15 |   -

SALIMBATU, 22/11/24. SMAN 1 Tanjung Palas Tengah menggelar sosialisasi pencegahan stunting bagi peserta didik/remaja di Ruang Laboratorium Kimia, Rabu (30/11/24).

Stunting merupakan kondisi di mana pertumbuhan anak terganggu, ditandai dengan tubuh pendek yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis. Balita stunting pada umumnya rentan terhadap penyakit, mempunyai kecerdasan yang di bawah normal serta produktivitasnya rendah. Yang dimaksud kekurangan gizi kronis di sini, yakni kondisi kekurangan gizi yang berlangsung lama, dari janin yang masih ada di dalam rahim sampai bayi usia 24 bulan. Kondisi ini menyebabkan tumbuh kembang anak tidak berlangsung secara optimal.

Acara Sosialisasi Stunting dan Pernikahan Dini dibuka Kepala SMAN 1 Tanjung Palas Tengah, Eko Purwanto, M.Pd.

Dalam sambutannya, Eko menyampaikan pentingnya pencegahan stunting dimulai sejak masa remaja “Pencegahan stunting harus dimulai jauh sebelum menikah. Asupan gizi yang cukup saat remaja sangat penting agar ketika hamil dan melahirkan, anak yang dilahirkan mendapatkan gizi yang baik” katanya.

Eko juga mengingatkan pentingnya konsumsi tablet tambah darah bagi remaja guna memastikan kecukupan gizi dan berharap para remaja yang hadir dapat menjadi bagian untuk mensosialisasikan informasi tentang pencegahan stunting bagi temannya, “Setelah dari acara ini kalian semua dapat membagi ilmu tentang apa itu stunting dan bagaimana pencegahannya kepada teman-teman dan lingkungan sekitar,” tandasnya.

Di acara ini juga menghadirkan narasumber dari Puskesmas Kecamatan Tanjung Palas Tengah, Ribka, S.Gz,  Dalam paparannya narasumber menyampaikan materi tentang stunting dan pentingnya menjaga kesehatan serta gizi remaja.

“Perlu kita ketahui bersama, bahwa remaja adalah calon orang tua di masa yang akan datang. Mereka-mereka itulah yang nantinya mempunyai peran besar dalam mewujudkan generasi-generasi berkualitas dimasa yang akan datang. Upaya yang paling tepat guna pencegahan stunting diawali dari mereka sendiri, yakni kaum remaja,”
Selanjutnya beliau mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan remaja sebagai calon orang tua tentang pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dapat meningkatkan risiko anak yang dilahirkan kelak mengalami gangguan pertumbuhan hingga stunting. Mendasari hal tersebut, sangat perlu bagi remaja untuk mendapatkan pendidikan parenting juga pemahaman kesehatan serta pemahaman akan pentingnya penerapan makan dengan pola gizi seimbang.
“Yang tidak kalah penting adalah perencanaan keluarga. Ada beberapa hal yang perlu direncanakan oleh remaja sebelum masuk kejenjang pernikahan, antara lain: usia ideal menikah (21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki), sehat baik jasmani maupun rohani, kesiapan mental, juga kesiapan finansial/ekonomi,” tandasnya.

Sekolah dengan pihak Puskesmas perlu ada upaya bagaimana agar penganganan dan pencegahan stunting bisa berjalan secara efektif, dan penurunannya dapat terwujud, dengan melibatkan remaja dalam suatu wadah. Wadah PIK Remaja dan Bina Keluarga Remaja (BKR) sarana yang tepat untuk menggandeng remaja untuk ikut berperan dalam pencegahan stunting. (ekoborneo)


Komentar

×
Berhasil membuat Komentar
×
Komentar anda masih dalam tahap moderator
1000
Karakter tersisa
Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar di sini